Penemuan Dirham Warisan Kesultanan Aceh
Deureuham (bahasa Aceh), dirham (bahasa Arab), derham dalam bahasa Indonesia, sebenarnya merupakan mata uang yang terbuat dari perak. Nama dirham berasal dari bahasa Yunani drachman. Pada masa Abdul Malik bin Marwan (65 H/685 M), khalifah Umayyah ke-5 dirham yang beredar di wilayah Islam adalah yang berasal dari Persia, yang disebut Dirham Kisra.Nilai dirham saat itu lebih tinggi daripada dinar, yaitu 10:7. Di samping nama mata uang, dirham juga dipakai untuk nama ukuran dengan takaran antara 2,97 sampai 3,12 gram.
Sampai saat ini dirham masih tetap dipakai sebagai nama satuan mata uang di kawasan Asia Barat. Mengingat kentalnya pengaruh Asia Barat dan Islam, keberadaan deureuham dalam masyarakat Aceh, besar kemungkinan merupakan adoptasi dan adabtasi dari budaya moneter Asia Barat klasik tersebut, meskipun deureuham Aceh terbuat dari emas, bukan dari perak. Deureuham mulai dikenal di Nusantara pada masa pemerintahan Sulthan Muhammad Malikuzzahir (1297-1326M) di Kesultanan Samudera Pasai
Deureuham tersebut merupakan mata uang emas Samudera Pasai yang paling banyak ditemukan selama ini sehingga memberi gambaran pada pesatnya perdagangan dan makmurnya Kerajaan Samudera Pasai saat itu. Selama Sultan Muhammad Malikuzzahir memerintah Kerajaan Samudera Pasai (1297-1326) kelihatannya arus perdagangan di Samudera Pasai sangat maju. hal ini ditandai dengan dimulainya peredaran deureuham atau derham, yang pada masa Sultan Makussalih (W 1297) sebelumnya belum diberlakukan. Ibnu Battutah dalam pelayarannya ke Samudera Pasai pada tahun 1345 M mengambarkan bahwa hasil bumi yang paling dsering ditemui di Samudara Pasai, atau yang disebutnya Sumatera itu adalah kelapa, pinang, cengkeh, gaharu India, nangka, mangga, jambu, sitrus, dan kapur barus, dengan alat tukar dari perak dan emas.(Ensiklopedia budaya adat Aceh / Majelis Adat Aceh 2018)
Dikutip pada harian SerambiNews. Pada akhir November 2013, publik di Aceh dihebohkan temuan koin emas sebagai mata uang Kerajaan Aceh Darussalam. Menurut kisah warga pencari tiram yang menemukannya.Mata uang emas itu ditemukan dalam sebuah kaleng dengan jumlah 300 keping. Letaknya di sekitar tambak warga dan alur sungai di Gampong Pande, Kecamatan Kuta Raja, Banda Aceh. Penemuan dirham emas ini makin menguatkan fakta sejarah bahwa pada masanya Kerajaan Aceh menggunakan koin emas. Ini sebagai mata uang kerajaan dan punya hubungan kuat dengan beberapa kerajaan masyur di dunia. Kurator benda kuno, seni dan bersejarah Tgk H Harun Keuchiek Leumik dalam tulisannya “Mata Uang Emas Kerajaan Aceh”.